PENGATURAN

Lanjut

Selasa, 07 Juli 2009

CONTOH KTI AKBID

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di indonesia sangat mustahil jika ingin melihat peran pria dalam kesehatan reproduksi. Jangankan menjalani dengan baik sebagian para suami di indonesia bahkan belum faham benar apa yang disebut dengan istilah kesehatan reproduksi. 90% dari 27 juta program KB yang berjenis kelamin wanita selama lebih dari 3 dasawarsa ini adalah turunnya total fertilife rate JFR hingga 2,78 dari semula mencapai 5,6 (1971) selama masa itu pula dipundak sebagian besar perempuan indonesia terletak seputar kesehatan reproduksi keluarga. Peran dan tanggung jawab kesehatan reproduksi masih didominasi oleh kaum perempuan. (http://www.slbcenter.payakumbuh.net).

1

Kurangnya kesadaran pria dalam hal kesehatan reproduksi memang tidak terjadi begitu saja. Ujung permasalahan dari semua itu adalah faktor budaya yang justru memanjakan suami, maksudnya perempuan adalah pendamping setia yang sudah selayaknya bertanggung jawab soal kesehatan reproduksi itu sendiri. Sedangkan hak reproduksi itu sendiri adalah hak seseorang untuk mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman. Mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya. Dalam kontek terakhir adalah hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan punya akses terhadap cara berKB yang aman, baik dan efektif yang kemudian menjadipuluhan kesehatan reproduksiyang didasari kedua belah pihak dalam rumah tangga akan berujung pada keutamaan wanita saat menjalani menjalani kehamilan dan melahirkan anak yang sehat (http://www.sibcenter.payakumbuh.net).

Kenyataannya tidak dilibatkannya suami sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dengan reproduksi justru membuat mereka miskin informasi dalam sebuah penelitian, ditemukan suami-suami yang melarang pemakaian IUD untuk istri mereka. Mereka beranggapan IUD atau spiral dapat mengurangi kenikmatan dalam melakukan hubungan. 14% istri yang meminta suaminya untuk memakai metode kontrasepsi pria, tapi hanya sebagian kecil saja yang bersedia. Pasalnya vasektomi sering dianggap dapat mengurangi kemampuan seksual, sedangkan kondom membuat hubungan seksual menjadi hambar (http://www.sibcenter.payakumbuh.net).

Petugas kesehatan juga jarang melibatkan suami, dalam konsultasi kesehatan terutama dalam perawatan kehamilan dan melahirkan anak. Mereka merasa cukup berinteraksi hanya dengan istri. Bahkan dari 50 dokter yang mengirimkan laporan bulanan, kondom hany ditawarkan pada 16% klien IRT yang menderita PMS. Tentu saja hal ini berbahaya jika suami dan pria pada umumnya kurang menyadari betul hak dan kewajibannya dalam kesehatan reproduksimeskipun demikian banyak suami yang merasa malu membicarakan masalah kesehatan reproduksi atau KB karena, mereka menganggap masalah ini hanya milik perempuan akibatnya suami kadang merasa untuk mengungkapkan kecemasan mereka seputar kemungkinan komplikasi, transportasi ke RS atau biaya RS sebagian besar suami tidak percaya rasa sakit dan gejala lain yang dialami istri dalam menjalani kehamilan dan persalinan. Seharusnya mendapat perhatian serius dari para suami. Padahal menjalani kehamilan, melahirkan, melakukan aborsi bahkan memakai alat kontrasepsi bukannya tidak beresiko untuk para istri dan perempuan. Jika disimak hasil laporan dari survei kesehatan dan demografi indonesia (SAKI) 1997. Indonesia memegang peringkat pertama di ASEAN dalam hal tingginya AKI, yakni 334/100.000 kelahiran hidup (http://www.sibcenter.payakumbuh.net).

Sangat memprihatinkan bila terdapat keadaan dimana selama ini penderitaan istri dalam kehamilan dan melahirkan dianggap sebagai suatu yang wajar oleh suami. Akibatnya tidak pernah ada pembicaraan yang serius tentang keluhan yang dialami dan berakibat pada terlambatnya pertolongan yang minim, tak jarang lagi kendala yang paling besar dan serius yang menghampiri pasangan dalam rumah tangga adalah soal minimnya komunikasi, dua pribadi yang berbeda jika disatukan tanpa pendekatan yang kuat berupa komunikasi yang kuat pula maka akan menimbulkan berbagai masalah termasuk diantaranya ketidaktahuan akan pemenuhan hak dan kewajiban reproduksi yang harus dilakukan suami (http://www.sibcenter.payakumbuh.net).

Mengajak pria menggunakan kontrasepsi lebih sulit dibandingkan perempuan. Ada banyak kontarsepsi tapi untuk pria hanya ada dua yaitu kondom dan vasektomi. Sulitnya mengajak pria menggunakan alat kontrasepsi dan itu disebabkab oleh beberapa faktor “pertama, budaya masyarakat Indonesia masih banyak suami yang mengerakkan urusan alat kontrasepsi pada istri. Disamping itu adanya anggapan banyak anak banyak rezeki dan pria merasa lebih jantan setiap kali istrinya melahirkan, masih diyakini sebagian masyarakat. Faktor lain, ketidaktahuan atau kurannya informasi yang memadai mengenai alat kontrasepsi. Pada pria disini masalah gender belum juga dipahami secara utuh, kedua adanya pendapat keliru banyak beredar dimasyarakat bahwa divasektomi seorang laki-laki tidak punya keinginan untuk melakukan hubungan seksual. Padahal dengan vasektomi pria masih mempunyai libido dan tetap mngeluarkan cairan, hanya saja jumlahnya berkurang 15 % benih atau seperma yang diproduksi buah zakar tidak bisa lagi keluar. Sedangkan air mani yag dijumlahnya 85 % masih keluar karena diproduksi kantung mani (http://www.sibcenter.payakumbuh.net).

Padahal UU No 10/ 19992 memasyarakatkan tentang kesesuaian suami istri dalam pengaturan kelahiran dan cara yang dipakai dengan proses komunikai yang baik. Berdasarkan data kesehatan yang ditulis Irwanto dkk (1997) dari 667 istri 2,4 % diantaranya memilih kontrasepsi tanpa mengikut sertakan suami. Di Sumatera Selatan 65 % istri memutuskan sendiri kontrasepsi mana yang akan dipakai. Sedangkan suami hanya menyetujui keputusannya. Hal yang sama terjadi pada 47 % para istri di propinsi Lampung. Bukan hanya itu penolakan suami terhadap kontrasepsi yang mau dipakai istripun masih ada yakni 16 % dari para istri berusia 15-29 tahun yang lainnya adalah 1 % dari 667 istri yang dinyatakan mengaku terpaksa menggunakan alat kontrasepsi yang dipilih suami (http://www.sibcenter.payakumbuh.net).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Apakah penyebab suami tidak menggunakan alat kontrasepsi”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab suami yang tidak menggunakan alat kontrasepsi di kelurahan Bandar Selamat tahun 2009

1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui faktor eksternal penyebab suami tidak menggunakan alat kontrasepsi berdasarkan

- Sumber informasi

- Lingkungan

  1. Untuk mengetahui faktor internal penyebab suami tidak menggunakan alat kontrasepsi berdasarkan

- Umur

- Pendidikan

- Riwayat Pengetahuan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat kami kemukakan sebagai berikut:

1. Untuk memberikan pengetahuan pada peneliti tentang faktor-faktor penyebab suami tidak mengunakan alat kontrasepsi

2. Memberika masukan kepada Institusi Pendidikan AKBID Sehat Medan tentang referensi mengenai faktor-faktor penyebab suami tidak menggunakan alat kontrasepsi

3. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih memperhatikan pelayanan KB khusunya dalam memberikan informasi dan edukasi mengenai kontrasepsi

6


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akseptor Kontrasesi pada Pria

2.1.1 Pengertian

Akseptor adalah pemakaina alat kontrasepsi atatu orang yang mengikuti Program Keluarga Berencana (KB), kontrasepsi itu sendidir adalah usaha-uasaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-uasaha itu dapat bersiat sementaradan dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2002).

Kondom merupakan selubungan atau karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan air mani yang dikeluarkan pria pada saat senggamasehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuk putting ada kelebihannya yaitu bahwa putting pada ujung kondom tersebut dapat menampung sperma setelah ejakulasi (Suratu, dkk,2088: 33).

2.1.2 Jenis-Jenis atau Tipe-Tipe Kondom

Ada beberapa jenis kondom, sebagai berikut:

  1. Sebagian besar kondom terbuat dari karet latek halus dan berbentuk slinder bula. Pada umumnya panjang 15-26 cm, tebalnya 0,03-0,08 mm, garis tengah sekitar 3,0-3,5 cm dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal yang terbuka dan bertepi bulat.
  2. Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas telah diperkenalkan v ariasi kondam yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna, memiliki rasadan beraroma.
  3. Tersedia kondom anti alergi yang terbuat dari karet lateks dengan tipe rendah residu dan tidak diplarubirasi.
  4. Kondom yang lebih tebal dan melebihi standart dipasarkan terutama untuk hubungan intim peranus pada pria homo seks untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan HIV AIDS (surotun SKM, dkk, 2008 = 32-33)

2.1.3 Keuntungan Menggunakan Kondom

  1. Murah dan dapat dibeli secara umum
  2. Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
  3. Tidak memerlukan pengawasan khusus dari tenaga kesehatan
  4. Mudah cara pemakaiannya.
  5. Tidak mengurangi kenikmatan bersenggama
  6. Tingkat proteksi yang cukup tinggi terhadap infeksi menular seksual
  7. Efektif jika digunakan secara benar dan konsisten
  8. Tidak mengganggu produksi ASI (Suratun SAM, dkk, 2008 : 32-33)
  9. Pria ikut serta aktif dalam program KB (Hartanto, 2004: 60).

2.1.4 Kerugian Kondom.

  1. Efektifitas tidak terlalu tinggi
  2. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
  3. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
  4. Pada beberapa klien dapat menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
  5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
  6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
  7. Pembuangan kondom bakal menimbulkan masalah dalam hal limbah (prawirohardjo, 2003 MK 18)

2.1.5 Indikasi Kondom.

  1. Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan seksual dan belum menginginkan anak atau kehamilan
  2. Pria yang mempunyai penyakit genetaria
  3. Sensitivitas penis terhadap sekret vagina
  4. Ejakaluasi peramatur (Hartanto, 2004: 61)

2.1.6 Kontra Indikasi Kondom

a. Apabila secara psikologi pasangan tidak dapat menerima metode ini

b. Malformasi penis

c. Apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap lateks (Suratin Skm, dkk, 2008:33)

2.1.7 Efek Samping Kondom Dan Cara Penanggulangannya

a. Kecewa karena gagal (bocor) atau alergi namun jarang terjadi

b. Cara penanggulangannya.

- Anjurkan cara pemakaiannya yang benar

- Ganti cara atau metode kontrasepsi lain. (Suratin Skm, dkk, 2008:34)

2.2 Vasektomi

2.2.1 Pengertian

Vasektomi adalah satu-satunya cara strelisasi pria yang diterima. Sampai saat ini vasektomi harus dibedakan dengan Kebiri (pengambilan kedua testis) karena dengan vasektomi perjalanan sperma dari testis kedunia luar yang diputus, tepatnya dengan menolong dan mengambil sebagian vardeferen. Seseorang yang menjalani vasektomi masih mengeluarkan semen tapi bebas dari sperma (spermatozoa). Ia masih mempunyai keinginan berhubungan seksual (libido) secara normal, bahkan potensi dan kepuasannya pun tidak berubah. Indikasi MOP pada dasarnya sama dengan indikasi MOW kecuali indikasi Obstretis, karena kehamilan seseorang istri tidak mempengaruhi kelelahan seorang laki-laki. Indikasi medis biasanya berhubungan dengan pencegahan inveksi testis (Orchitic) misal pada saat akan dilakukan operasi prostalektomi. (HR Siswosudarmo:57)

2.2.2 Penyesalan

Sebagaiman pada tubektomi adalah salah satu hal yang harus di antisipasi dengan cermat, konseling yang baik , pertimbangan yang cermat, pelaksanaan operasi yang tidak tergesah-gesah dapat mengurangi kemungkinan adanya penyesalan. (HR. Siswosudarmo:57)

2.2.3 Keuntungan Vasektomi

Cara ini sangat efektif dan merupakan operasi kecil saja.

  1. Tidak ada mortalitas
  2. Morbiditas sangat kecil sekali
  3. Pasien tidak perlu dirawat di RS
  4. Dilakukan dengan anastesi lokal/ atau pembiusan sotempat dan berlangsung sekitar 15 menit
  5. Sangat efektif karena dapat dicek kepastiannya dilaboratorium
  6. Tidak menganggu frekuensi hubungan seks selanjutnya. (Suratun Skm, 2008:112)

2.2.4 Kerugian Vasektomi

Pendarahan merupakan infeksi yang mungkin terjadi, seperti juga tubektomi. Cara ini permanen dan mudah untuk menyabung kembali sehingga keputusan untuk menerima vasektomi harus dupertimbangkan dengan baik dan bukan atas desakan atau bujukan pihak lain. Pergerakan dapat terjadi bila motivasi datang dari klien dan keluarga sendiri. Kalau pada tubektomi, wanita menjadi steril segera sesudah di operasi, maka pada vasektomi, sterilasasi pada laki-laki baru tercapai setelah 15-20 kali ejakulasi atau kira-kira 3 bulan. (Siswosudarmo :58).

2.2.5 Perawatan Tanpa Operasi

Klien diminta istirahat kira-kira 30 menit sebelum daperbolehkan pulang. Luka operasi harus dijaga kering selama paling tidak 2 hari, jangan mengangkat beban berat selam 3 hari, klien harus menggunakan pakaian longgar, bersih atau memakai sarung, skiotum mungkin sedikit bengkak dan nyeri bila terjadi pasien cukup minum aspirin atau analgetiklainnya supaya ia tertidur. Bila bengkaknya berlebihan atau terjadi pendarahan, mengeluarkan darah dan nanah panas atau nyeri sekali, maka ia harus datang kedokter atau pusat pelayanan kesehatan terdekat.hubungan seks boleh dilakukan kembali setelah 3 hari asalkan ia merasa sehat dan tidak ada keluhan apa-apa. Klien harus diberitahu untuk menggunakan kondom sampai ejakulasi sebanyak 15-20 kali. Bila waktu menutup skiotum digunakan benagn sutra, benang harus diangkat. Bila klien menginginkan sterilisasiny ia dapat memeriksakan semua setelah waktu 3 bulan. (HR. Siswosudarmo :6)

2.2.6. Faktor yang Menyebabkan Suami tidak Melakukan Kontap (Vasektomi)

  1. Pria lebih tertarik untuk menunjukkan kejantanannya daripada ikut bertanggung jawab dalam perencanaan keluarganya
  2. Pria takut bahwa tindakan kontap pria akan melukai kehidupan seknya
  3. Menyamakan tindakan kontap pria dengan pengebirian (kastrasi)
  4. Tersedianya metode kontrasepsi baru lain
  5. Prosedur-prosedur baru yang membuat kontap wanita menjadi lebih aman dan lebih muda dikerjakan dibandingkan sebelumnya (meskipun masih tetap lebih kompleks dari pada kontak pria).
  6. Mina yang kurang dari petugas Keluarga Berencana, yang umumny terlatih dalam bidang kesehatan Ibu dan Anak
  7. Angka perceraian yang meningkat (Hartanto, 2004:307).

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu

3.1.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Bandar Selamat Medan tahun 2009. adapun alasan pemilihan di lokasi ini adalah:

1. Kurangnya pengetahuan suami tentang alat kontrasepsi

2. Belum pernah dilakukan penelitian ditempat tersebut

3.2.2. Waktu

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Januari sampai bulan Juni yang dimulai dari bebrapa proses. Meliputi: pengajuan judul, penelusuran kepustakaan, bimbingan proposal, penyiapan izin lokasi, seminar proposal, penelitian bimbingan, hasil penelitian dan sidang komprehensif.

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriftif, yaitu faktor-faktor penyebab suami tidak menggunakan alat kontrasepsi di Kelurahan Bandar Selamat Periode 2009-2010. Dengan menggunakan rancangan Cross-Sectional, yaitu pengukuran terhadap Varoabel Independen dan Variebel Dependen dilakukan dalam waktu yang bersamaan. (Hidayat, 2007 : 56)

13


3.3. Populasi dan Sampel.

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas suatu objek/subjek yag mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono, 2008). Populasi dalam penelitian adalah seluruh pria usia subur yang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi di Desa Bandar Selamat Periode 2009

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi (Hidayat, 2005 : 68). Metode pengambilan sample adalah total sampling (seluruh populasi dijadikan sample)

Sektor Internal

- Umur

- Pendidikan

- Pengetahuan

3.4. Kerangka Konsep.


3.5. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional.

3.5.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu :

1. Variebel Independen (variabel bebas)

Merupakan variabel yang menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel Dependent. Dengan kata lain, variabel ini bebas mempengaruhi variabel lain (Hidayat, 2007 : 80).

2. Variabel Dependent (Variabel Terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah suami tidak menggunakan alat kontrasepsi (Hidayat, 2007 : 86).

3.5.2. Defenisi Operasional

Adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Defenisi Operasional :

a. Umur : usia suami dari lahir sampai dilakukan penelitian

b. Pendidikan : jenjang penelitian formal

c. Sumber Informasi : segala situasi yang didapat dari responden melalui media

d. Pekerjaan : kegiatan yang dilakukan suami dan menghasilkan upah

e. Lingkungan : wilayah dimana responden tinggal

3.6. Pengumpulan Data dan Tekhnik Analisis Data.

3.6.1. Metode Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini, metode yang dipakai dalam pengumpulan data adalah :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden menilai Kuesioner yang dibagikan.

Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner berupa pertanyaan tertutup. Sehingga responden hanya perlu memberi jawaban berupa tanda silang pada jawaban yang telah disediakan

b. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dari rekan medik

3.6.2. Tekhnik Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan mengklarifikasikan data menurut variabel an indikator penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensikemudian dicari besarnya presentase untuk masing-masing jawaban responden dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Æ’

P = ― X 100%

n

Keterangan :

P : Persentase responden

f : Jumlah responden yang memberikan jawaban benar

n : Jumlah soal (Budiarto, 2002 : 37)

Ada 3 kategori yang dipakai untuk hasil penelitian ini yaitu :

1. Baik, jika pendapat responden >75%

2. Cukup, jika pendapat responden 60-75%

3. Kurang, jika pendapat responden <60% (Ari Kunto, 2002)

3.7. Pengolahan Data.

a. Editing

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data dikumpulkan (Hidayat, 2007 : 121)

b. Coding.

Merupakan pemberian kode numerik atau angka terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori

c. Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan maka data dapat dimasukkan kedalam tabel Distribusi Frekuensi.

3.8. Etika Penelitian

3.8.1. Informed Consent.

Hal ini diberikan sebelum melakukan penelitian,berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka peneliti harus menghormati hak subjek (Hidayat, 2007 : 93)

3.8.2. Anonimity (Tanpa Nama)

Hal ini menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan baik perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpilan data (Hidayat, 2007 : 96)

3.8.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah responden dengan memberikan jaminan kerahsiaan dari hasil penelitian. Baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007:95).

Sabtu, 04 Juli 2009

PENELITIAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengalaman melahirkan bagI seseorang sangat berarti. Persaiangan hidup dan mati di pertahankan demi lahirnya sang buah hati. Penanganan yang tepat oleh tangan yang terampildan terpercaya menjadikan proses kelahiran berjalan dengan lancar, namun bila penanganan tidak tepat dapat menimbulkan masalah. Permasalahan pada ibu post partum sangatlah kompleks, satu diantaranya adalah infeksi post partum.

Berdasarkan hasil penelitian maternal di WHO seluruh dunia terdapat kematian ibu dilaporkan bahwa sebesar 500.000.000 jiwa/ tahun dan kematian bayi terutama neonatus sebesar 10.000.000 jiwa / tahun.

(http://www.infeksipadamasanifas.o.id)

Angka kematian ibu di indonesia oleh Depertemen Kesehatan dilaporkan bahwa AKI 450 per 100.000 kelahiran hidup. Seangkan angka kematian neonatus dilaporkan 343 per 100.000 kelahiran hidup.

(http://www.infeksipadamasanifas.o.id)

Timbulnya angka kematian di Indonesia di sebabkab oleh kedaruratan obstetrik sehubungan dengan berbagai faktor pengaruh sehingga salah satu cara untuk menurunkan mobiditas dan mortalitas maternal, perlu secara berkala dilakukan pelatihan dalam rangka peningkatan pengetahuan dan keterampilan para petugas atau penolong dalam pengambilan keputusan klinik yang tepat dan penangannannya secara didni dan baik sudah terjadi gangguan atau masalah kedaruratan seperti preeklampsia atau eklampsia, perdarahan dan infeksi dalam kehamilan persalinan dan masa nifas.

Infeksi dapat terjadi kapan saja bila kuman masuk kedalam tubuh seseorang wanita atau bayi dan dapat terjadi bila selalu yang kotor baik tangan, peralatan, alat dan lainnya yang menyentuh daerah luka dan tubuh. Misalnya: luka robekan, uterus ataukandung kemih dan lain-lain. Penyebab infeksi ini adalah kman yang biasanya ditemukan di saluran genitalis atau saluran percernaan bagian bawah.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa hidup. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi melalui kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Moubiditas pueupuralis adalaj kenaikan suhu badan sampai 380 C atau lebih selam 2 hari dalam 40 hari pertama post partum, kecuali hari pertama dan ini dapat menyebabkan demam nifas ayitu demam dalam mas nifas oleh sbab apapun.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah diatas dalam masalah penelitian ini adalah gambaran pengetahuan ibu post partum tentang pencegahan infeksi nifas di klinik X

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapaun tujun umum dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partu m tentang pencegahan infeksi nifas di klinik X

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu postpartum tentang pencegahan infeksi nifas di klinik X

2. Untuk mengetahui penyebab ibu tentang penyebab infeksi nifas di klinik X

1.4 Manfaat Penelitian

Adapaun dari penelitian ini adalah:

1.4.1 Bagi tenaga kesehatan

a. Sebagai informasi untuk mengetahui pengetahuan ibupst partum tentang pencegahan infeksi nifas

b. Bahan masuka untuk informasi tentang pengetahuan infeksi nifas

1.4.2 Masyarakat

a. Bahan masukan untuk mengetahui informasi tentang pencegahan infeksi nifas

1.4.3 Instansi Pendidikan

Bahan masukan atau informasi untuk penelitian ilmiah lanjut

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Notoatmodjo (2005) pengetahuan dan tingkah laku masyarakat terhadap kesehatan ternyata sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Jika tingkat pengetahuan kurang maka mudah dipahmi bahwa derajat kesehatan akan jauh dari memuaskan.

Pengetahuan adalah hasil tahu dar manusia, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan, pengetahuan atau kognitif merupakan domain. Pengetauan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

  1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  1. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahuai dan dapat menginterpretasikan secara materi tersebut secara benar.

  1. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi tang telah di pelajari pada situasi atau kondisi riel (sebenarnya).

  1. Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  1. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukka kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  1. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaiatan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penialaian terhadap suatu materi atau objek

2.1.1 Umur

Umur adalah lamanya hidup dalam satu tahun yang dihitung sejak lahir, masa dewasa samapi kira-kira dia tua tua. Masa dewasa ini merupakan masa pencaharian, pemantapan dan masa reproduksi dimana dimulainya suatu karir.

2.1.2 Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan seseorang secara formal yang telah diselesaiakan. Yang mana tujuan pendidikan itu adalah membentuk dan meningkatkana kemampuan manusia yang mencakup cita-cita, rasa dan karsa. Ketiga kemampuan tersebut harus di kembangkan secara bersama dan seimbang sehingga membentuk manusia indonesia seutuhnya.

2.2. Infeksi Nifas

Infeksi nifas adalah peradangan yang disebabkan masuknya kuman. Kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas (Prawirohardjo, 2005)

Infeksi nifas adalah infeksi luka jalan lain pasca persalinan, biasanya dari endometuium batas infeksi plasenta (Martaadisoebrata, 2005).

Patologi yang sering terjadi pada ibu setelah melahirkan mas nifas adalah:

1. Infeksi nifas

2. Perdarahan dalam masa nifas

3. Infeksi seluruh kemih

4. patologi menyusui

2.2.1 Faktor Penyebab dan Gejala

a. Faktor Penyebab

Infeksi dapat terjadi kapan saja bila masuk kuman kedalam tubuh wanita atau bayi. Penyebabnya adalah kuman atau nakteri tetapi yang lebih sering penyebab infeksi ini berasal dari kuman yang sudah alat genitalia atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalam lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.

Menurut Prawirahardjo, 2005. penyebab infeksi nifas antara lain:

  1. Streptococccus haemolyticus aerobicus, infeksi ini biasanya exsogen (dari penderita laian, alat atau kain yang tidak stril. Infeksi tenggorokan orang lain.
  2. Staphylococus aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
  3. Escherichis aureus, kuman ini biasanya bersal dari kandung kencing atau vektumdan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perincum.
  4. Clostridium welchii, infeksi dengan kuman ini, yang bersifat anerobik jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminatis

b. Gejala Infekasi Nifas

Ada beberapa gejala yang sering timbul pada infeksi nifas, yaitu:

    1. Deman naik samapi 35-400 C
    2. Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
    3. Tampak sakit dan lemah
    4. Ibu tampak pucat dan menggigil

2.2.2 Pencegahan dan Pengobatan

a. Pencegahan

Prinsif dasar pencegahan dan pengobatan infeksi Prawirahardjo,2005 yaitu:

  1. Alat yang digunakan harus steril
  2. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu
  3. Hindari perdarahan
  4. Menjaga supay persalinan tidak berlarut-larut (pertus lama)
  5. Gunakan pelindung diri dari setiap kegiatan

Selain dari pencegahan infe ksi diatas ada beberapa teknik pencegahan infeksi yaitu:

    1. Mencuci tangan
    2. Memakai sarung tangan
    3. Membuang sampah pada tempatnya
    4. Membersihkan luka

b. Pengobata n

a. Berikan anti biotic kuman-kuman yang menjadi penyeebab infe ksi nifas, misalnya: ampicilin dan lain-lain.

b. Memberikan makan yang mengandung zat-zat yang di perlukan oleh tubuh

c. Berikan tranformasi darah sesuai dengan komplikasi yang terjadi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu

3.1.1 Tempat

Penelitian dilakukan di klinik X tahun 2009 karena pada lpkasi ini masih banyak yang belum mengerti tentang pencegahan infeksi nifas

3.1.2 Waktu

Penelitian ini dalakukan dar tanggal………sampai…….. dan melakukan beberapa tahapan yaitu pengumpulan data.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Notoatmodjo (2005) populasi adalah objek penelitian atas objek yang diteliti. Populasi penelitian atau universe adalah seluruh ibu-ibu yang ada di klinik……..

Yang tidak tahu tentang pencegahan informasi nifas dengan jmlah….

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagaian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005)

Teknik pengumpulan sampel dalam peneltian ini adalah total sampling. Total sampling merupakan cara pengumpula sampel dengan berdasarkan jumlah populasi.

3.3 Desaian Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang merupakan satu metoden penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara ob jektif (Notoatmodjo, 2005).

Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan cross sectional merupakan sutu penelitian untuk mempelajari dinamikan korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang sama (Notoatmodjo, 2005).

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini digambarakan dalam skema dibawah ini:

Pengetahuan ibu

- Umur

- Prndidikan

- Pekerjaan

Pencegahan infeksi nifas


Keterangan:

- Variabel Independen : Pengetahuan ibu

- Variabek Dependen : pencegahan infeksi nifas

3. 5 Depenisi Operasional

a. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan kita dan pernah mengalami proses persalinan

b. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, ini terjadi setelah mealakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

c. Infeksi nifas adalah peradangan yang disebabkab masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat vital pada waktu persalinan dan nifas

3. 6 Tekinik Pengumpulan Data

Penelitian ini besifat deskriptif, dan pengumpulan data ini sangatlah penting terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen penelitian pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya. Dan penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari responden melalui wawancara atau merupakan inerviu dari rumah kerumah atau wawancara lansung dan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu. Dan terlebih dahulu diberkan penjelasan cara pengisian kuesioner.

3.7 Alat pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian in berupa kuesioner. Pada waktu pengambilan data responden diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan serta diminta kesediannya untuk sampel penelitian. Apabila salah menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barangkali tidak kita peroleh secara maksimal. Dan kemudian diminta mengisi sendiri kuesioner yang telah disediakan untuk diperoleh data tentang pengetahuan.

3.8 Analisa Data

Data yang dianalisa dikumpulkan dianaisa secara responden disusun jumlah pertanyaan sebanyak 20 dengan total skor 40

- Bila menjawab salah mempunyai nilai 1 (skor minimum dan setiap jawaban dikali dengan jumlah soal). Sehingga skor trendah 1 x 20 = 20

- Bila menjawab benar mempunyai nlai 2 (skor maksimal dan setiap jawaban dikali dengan jumlah sola). Sehingga skor terbagi 2 x 20 = 40

Maka dibuat kriteria

Benar : Jika total skor responden 21 - 40

Salah : Jika total skor responden 1 -20

Pengukuran pengetahuan yang dilakukan dengan melihat persentase pengetahuan ibu tentang pencegahan infeksi nifas dilakukan interpretasi. Item pertanyaan dengan cara menghitung persentasi (%) jawab benar menggunakan sebagai berikut:

Keterangan : P : Persentasi

: Jummlah jawaban yang benar

n : skor tertinggi

Hasil dari pemberian skor terhadap pengetahuan dari penelitian ini di interpretasikan dengan menggunakan kriteri:

  1. Nilai baik, apabila responden mendapat hasil 67-100
  2. Nilai cukup, apabila responden mendapat hasil 34-66
  3. Nilai kurang, apabila responden mendapat hasil 1-33

(arikunto, 2006)